Penghargaan “Inilah Karyaku” oleh Leutika Publisher
Leutika, adalah sebuah penerbit baru di Jogjakarta. Belum genap 2 tahun kiprahnya di dunia penulisan dan penerbitan buku, tapi sepak terjang dan kreatifitasnya pantas mendapat perhatian. Berikut ini adalah event penutup akhir tahun yang diadakan Leutika Publisher :
Menghargai sebuah persembahan sangatlah perlu. Mengingat terwujudnya sebuah harapan, tak pernah lepas dari peran dukungan orang-orang terdekat. Pedagang laris sebab pembeli, pemerintah ada sebab rakyat yang memilih, dan penerbit selalu mengharapkan dukungan pembaca dan penulis.
Oleh karenanya, sebagai penutup akhir tahun, kami akan memilih satu sosok yang berhak mendapat sebutan Leutikans of The Year. Siapa dia?
Selain itu, kami juga akan memilih 5 sosok yang berhak untuk menempati 5 penghargaan dalam kategori sebagai berikut:
1. From Zero to Hero
(kategori bagi penulis Leutika dengan basic profil inspiratif)
2. Inilah Karyaku
(kategori bagi penulis Leutika dengan kegigihan untuk mempromo buku karyanya di lingkungan sekitar)
3. Tak Bosan Mencoba
(kategori bagi Leutikans yang aktif mengikuti event bulanan)
4. Mari Menulis
(kategori bagi Leutikans yang aktif menggiatkan semangat menulis)
5. Leutika’s Onliner
(kategori bagi Leutikans yang aktif share di FB Leutika)
Penerbit Leutika menyediakan paket buku menarik bagi teman-teman yang masuk sebagai Leutikans of The Year dan 5 penghargaan di atas.
Dan, alhamdulillah kami berdua, berdampingan mendapatkan penghargaan dari Penerbit Leutika, untuk kategori “Inilah Karyaku”.
Berikut ulasan Leutika mengenai penghargaan tersebut : (lagi…)
Leutika, adalah sebuah penerbit baru di Jogjakarta. Belum genap 2 tahun kiprahnya di dunia penulisan dan penerbitan buku, tapi sepak terjang dan kreatifitasnya pantas mendapat perhatian. Berikut ini adalah event penutup akhir tahun yang diadakan Leutika Publisher :
Menghargai sebuah persembahan sangatlah perlu. Mengingat terwujudnya sebuah harapan, tak pernah lepas dari peran dukungan orang-orang terdekat. Pedagang laris sebab pembeli, pemerintah ada sebab rakyat yang memilih, dan penerbit selalu mengharapkan dukungan pembaca dan penulis.
Oleh karenanya, sebagai penutup akhir tahun, kami akan memilih satu sosok yang berhak mendapat sebutan Leutikans of The Year. Siapa dia?
Selain itu, kami juga akan memilih 5 sosok yang berhak untuk menempati 5 penghargaan dalam kategori sebagai berikut:
1. From Zero to Hero
(kategori bagi penulis Leutika dengan basic profil inspiratif)
2. Inilah Karyaku
(kategori bagi penulis Leutika dengan kegigihan untuk mempromo buku karyanya di lingkungan sekitar)
3. Tak Bosan Mencoba
(kategori bagi Leutikans yang aktif mengikuti event bulanan)
4. Mari Menulis
(kategori bagi Leutikans yang aktif menggiatkan semangat menulis)
5. Leutika’s Onliner
(kategori bagi Leutikans yang aktif share di FB Leutika)
Penerbit Leutika menyediakan paket buku menarik bagi teman-teman yang masuk sebagai Leutikans of The Year dan 5 penghargaan di atas.
Dan, alhamdulillah kami berdua, berdampingan mendapatkan penghargaan dari Penerbit Leutika, untuk kategori “Inilah Karyaku”.
Berikut ulasan Leutika mengenai penghargaan tersebut : (lagi…)
Media dan Pembelajaran Karakter Sosial
Bukan sebuah rahasia, media massa dan elektronik adalah sumber segala informasi dan pengetahuan. Termasuk di tangan media, karakter penduduk sebuah negeri akan terbentuk. Ketika sebuah media memberikan informasi yang bersifat positif, membangun dan memajukan, maka lambat laun opini yang terbentuk di masyarakat akan terbangun positif pula. Sebaliknya, bila media mengedepankan isu kontroversial, dunia kriminalitas dan kekerasan, tak heran, jiwa edukatif yang terbentuk di masyarakat juga akan tergambar dengan kelam.
Media mengajak pemirsanya untuk belajar melalui pengamatan, atau observational learning. Arti belajar disini adalah terjadinya perubahan perilaku dalam diri pembelajar. Menurut Albert Bandura, ada empat fase penting yang akan dilewati oleh seorang pembelajar dalam melakukan pengamatan. (lagi…)
4 Januari 2011, 9:23 am
Filed under: Lingkungan (環境), Materi Pembelajaran (教材), motivasi-inspirasi, Pendidikan(教育), Sosial Budaya(社会ー文化)
Anda pernah melihat acara TV Champion, yang tayang setiap petang di sebuah stasiun televisi swasta? Sebenarnya konten acaranya tak jauh beda dengan perlombaan 17 Agustusan di kampung-kampung. Ataupun perhelatan kuis yang disajikan di stasiun televisi yang lain. Lalu apa yang membedakan? Saya melihat, TV Champion mengumpulkan orang-orang dengan bakat yang luar biasa di negeri sakura. Lalu kompetisi diadakan diantara mereka. Selain menonjolnya kemampuan dan keahlian, TV Champion menonjolkan karakter dari orang Jepang yang fair play dan penuh semangat. Sebuah fakta yang minim saya rasakan di negeri ini.Filed under: Lingkungan (環境), Materi Pembelajaran (教材), motivasi-inspirasi, Pendidikan(教育), Sosial Budaya(社会ー文化)
Bukan sebuah rahasia, media massa dan elektronik adalah sumber segala informasi dan pengetahuan. Termasuk di tangan media, karakter penduduk sebuah negeri akan terbentuk. Ketika sebuah media memberikan informasi yang bersifat positif, membangun dan memajukan, maka lambat laun opini yang terbentuk di masyarakat akan terbangun positif pula. Sebaliknya, bila media mengedepankan isu kontroversial, dunia kriminalitas dan kekerasan, tak heran, jiwa edukatif yang terbentuk di masyarakat juga akan tergambar dengan kelam.
Media mengajak pemirsanya untuk belajar melalui pengamatan, atau observational learning. Arti belajar disini adalah terjadinya perubahan perilaku dalam diri pembelajar. Menurut Albert Bandura, ada empat fase penting yang akan dilewati oleh seorang pembelajar dalam melakukan pengamatan. (lagi…)
BioMotivaSound Available 2011
1 Januari 2011, 5:44 am
Filed under: motivasi-inspirasi
Filed under: motivasi-inspirasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar